Rabu, 02 Agustus 2017

MUNGKIN SUATU KETIKA JUGA BEGINI

Pria setengah baya itu berpikir kl dia bisa selalu memeluk erat istrinya yg tlh dinikahi slm 20 tahun dan yg tlh memberi kebahagian dalam hidupnya.

Namun saat dia memandang Istrinya, dia sadar ternyata istrinya telah tua dan sering tidak mampu berhubungan intim lg. Tubuhnya yg dulu langsing kini sudah gendut, dan kulitnya pun tidak sehalus dulu lagi.

Tapi waktu bgt cepat berjalan. Keberadaan istrinya sering mengingatkannya akan masa lalu mereka yang sederhana. Masih terngiang di telinganya saat dia bersumpah untuk selalu membuat istrinya bahagia seumur hidupnya. Pria bernama Chang ini dulu hanyalah seorang buruh. Kini ia telah menjadi kepala bagian, dan kemudian mendirikan perusahaan konstruksi sendiri.

Sekarang perusahaannya tlh berkembang semakin besar dan terkenal. Godaan terhadap dirinya pun semakin banyak.
Jika dibandingkan dengan sejumlah wanita cantik di sekelilingnya, istrinya hanyalah seorang wanita desa yang kusam ...

Akhirnya dia berpikir pernikahan mereka sudah mencapai titik akhirnya. Dia lalu menyetorkan uang sebesar satu juta yuan ke rekening istrinya dg tujuan agar istrinya dapat membeli rumah yang nyaman di pusat kota.

Dia tdk ingin dicap sbg pria yang tak berperasaan, yg tidak bs mengatur kehidupan istrinya stlh bercerai. Stlh dia mentransfer uang kpd istrinya dia merasa cukup tenang utk meminta bercerai.

Istrinya duduk di hadapannya, dengan tenang mendengar alasan perceraiannya... Mata istrinya pun terlihat tenang.

Namun mrk telah menikah 20 tahun. Dia tahu betul semua tentang isrinya... Dia tau bahwa tatapan tenang istrinya sebenarnya menyimpan rasa perih yang teramat dalam di dalam hati. Dia tiba-tiba menyadari bahwa dia sangat kejam terhadapnya.

Hari yang telah ditentukan untuk berpisah pun tiba. Hari itu ada urusan penting pada perusahaannya ... Ia menyuruh istrinya agar menunggu di rumah sebentar. Ia berjanji akan kembali ke rumah siang hari utk membantu istrinya pindahan. Pindah ke rumah baru yang telah dibelinya itu. Begitulah dia ingin mengakhiri cerita pernikahan mrk.

Sepanjang pagi itu hatinya sangat gelisah. Begitu siang tiba, ia segera kembali ke rumah. Namun rumah sudah sepi, istrinya telah pergi. Di atas meja ia mendapati, kunci rumah baru yang ia belikan untuk istri, buku tabungan yang nilainya satu juta, dan sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya untuk dia.

Ini adalah surat pertama yang ditulis oleh istrinya untuk dia:
“Aku sudah pergi, kembali ke rumah orangtua di kampung ku.

Semua selimut sudah aku cuci, dan juga sudah dijemur, aku menaruhnya di rak sebelah kiri, saat musim dingin tiba, jangan lupa mengeluarkannya.

Semua sepatu kulit sudah ku semir, jika robek kamu bisa pergi ke toko sol sepatu dekat rumah. Kemeja di lemari bagian atas, kaos kaki dan tali pinggang di laci bawah.

Saat beli beras, ingat beli yg merek Jin Xiang. Pergilah ke supermarket, di sana tidak akan ada merek yang palsu.

Xiao Sun setiap minggu akan datang untuk bersih-bersih, jangan lupa berikan gaji dia setiap akhir bulan.

Oh ya, jika ada baju yang sudah tak terpakai, berikanlah pada Xiao Sun, dia akan mengirimkannya ke kampung, keluarga mereka akan sangat senang.

Setelah aku pergi, jangan lupa minum obat. Lambung mu kurang sehat, saya sudah menyuruh orang membelikan mu obat lambung dari Hong Kong yg seharusnya cukup untuk diminum selama setengah tahun.

Dan lagi, kamu selalu lupa membawa kunci saat keluar rumah. Aku sudah menitipkannya pada resepsionis... jika kamu lupa lagi, ambilah di sana.

Saat pagi, jangan lupa tutup jendela sebelum keluar rumah ... Air hujan sering masuk dan akan membasahi lantai.

Aku sudah membuatkan pangsit untuk mu. Saat pulang masaklah itu.”

Setiap huruf yang ditulis istrinya sangat tidak rapi. Namun setiap katanya bagaikan peluru yang menusuk ke dada secara bertubi-bertubi. Dia perlahan menuju dapur, memasak pangsit yang sudah disiapkan.

Dia tiba-tiba teringat 20 tahun yang lalu ... Dia berdiri di antara tumpukan tiang dan menjadi buruh semen.

Tidak jauh dari tumpukan tiang tersebut ada suara yang berteriak memanggil namanya sambil membawakan pangsit. Itu mengingatkannya akan suara yang membawakan kebahagiaan hidupnya; mengingatkannya akan rasa nikmat setelah makan pangsit kesukaannya.

Pangsit ITU jg mengingatkannya akan masa dimana dia mengucapkan sumpah, “Aku akan membuat wanita ku bahagia.”

Dia berbalik menuruni tangga dan segera masuk ke mobil.
Setengah jam kemudian, dia sampai ke stasiun kereta dan mendapatkan istrinya hendak masuk ke kereta menuju kampungnya.

Dengan nada tinggi dia berkata, “Kamu mau kemana?! Aku begitu lelah kerja setengah hari ini, dan tidak ada nasi di rumah. Istri macam apa kamu? Keterlaluan, cepat ikut aku pulang!”

Dia terlihat sangat galak dan kasar. Istrinya pun dengan mata yang basah, mengikutinya dari belakang dan ikut pulang ke rumah.

Perlahan-lahan, air mata istrinya berubah menjadi bunga mekar.
Istrinya tidak tahu, dia yang berjalan di depannya juga sedang menangis.

Saat perjalanan dari rumah menuju ke stasiun kereta, dia sangat ketakutan. Takut kl tidak menemukan istrinya lagi, takut kehilangan istrinya.

Dia memarahi diri sendiri krn tlh begitu bodoh mengusir istri sendiri... Ternyata kehilangan istri seperti kehilangan tulang rusuk, begitu sakit...

Pengalaman pahit ITU telah membuat hubungan mereka semakin erat setiap harinya.

“Kesetiaan seorang wanita diuji ketika sang pria tidak mempunyai apa-apa, dan kesetian seorang pria diuji ketika ia telah mempunyai segalanya”. (S) πŸ˜‡πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜‡

A happy marriage is the union of two good forgivers. ~Ruth Bell Graham

Perkawinan bahagia adalah penyatuan dua orang pemaaf yang baik.

ISI KOPER DAN WAKTU

Seorang manusia meninggal...

Ketika ia menyadarinya, ia melihat Tuhan mendekati dirinya dengan sambil memegang sebuah koper di tangan-Nya.

Berikut dialog antara TUHAN dan arwah manusia tersebut:

Tuhan: "Mari kita pergi."

Arwah: "Begitu cepat? Tapi saya masih memiliki banyak rencana."

Tuhan: "Maaf, waktumu sudah habis, saatnya untuk pergi."

Arwah: "Apakah isi koper yang Engkau pegang itu?"

Tuhan: "Benda milikmu."

Arwah: "Benda saya? Maksudnya barang-barang saya? Seperti baju saya, uang saya, perhiasan saya?"

Tuhan: "Bukan, barang itu tak pernah menjadi milikmu. Itu milik Dunia."

Arwah: "Apakah itu ingatan dan kenangan saya?"

Tuhan: "Bukan, itu milik Waktu."

Arwah: "Apakah itu bakat dan kesuksesan saya?"

Tuhan: "Bukan juga, itu milik Anugerah."

Arwah: "Apakah itu istri dan anak-anak saya?"

Tuhan: "Tidak juga, itu milik hatimu."

Arwah: "Kalau begitu, itu pasti tubuh saya."

Tuhan: "Tidak, bukan... Tubuhmu milik Debu Tanah."

Arwah: "Jika demikian isinya tentu jiwa saya."

Tuhan: "Kamu salah besar nak, sebab jiwamu itu milik-KU."

Tuhan lalu menyerahkan koper tersebut ke sang Arwah. Dengan kebingungan dan dengan ketakutan, sang Arwah membuka koper tersebut, dan ternyata isinya KOSONG...!!!

Dengan hati kecewa dan airmata berlinang sang Arwah bertanya pada Tuhan, "Maksud Tuhan, saya tak pernah memiliki apapun?"

Tuhan menjawab: "Iya, benar. Sesungguhnya kamu itu tak pernah memiliki apapun."

Arwah: "Lalu..., apa yang menjadi milikku, Tuhan...?"

Tuhan: "WAKTU-mu! Saat-saat di waktu kamu HIDUP... itulah milikmu...!!!"

Sahabatku semua, Hidup adalah waktu. Hargai waktu yg ada tersisa, jalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.

Berhentilah bersungut-sungut dan mengomel. Nikmatilah setiap saat-saat yang dilalui bersama pasangan dan anak-anakmu, dan bahagiakan mereka selagi kamu masih punya waktu.

Jangan simpan kebencian, dendam, kepahitan. Tetaplah menjadi baik sampai akhir hidup.

JANGAN PERNAH BERHITUNG APA YANG DIBERIKAN


Ini kisah nyata yg terjadi pada thn 1892 di Stanford University.

Pesan moralnya masih relevan saat ini.

Ada seorang mahasiswa muda berusia 18 tahun yg berjuang untuk membayar biaya kuliahnya.

Dia seorang yatim piatu, dan tidak tahu ke mana harus mendapatkan uang.

Akhirnya dia dapat ide yg cemerlang.

Bersama seorang temannya, ia memutuskan utk menggelar konser musik di kampus guna mengumpulkan uang untuk biaya pendidikan mereka.

Konser itu mereka adakan dgn mendatangkan pianis besar Ignacy J. Paderewski.

Manajer sang pianis  meminta biaya sebesar $ 2.000 untuk konser piano.
Sebuah kesepakatan pun terjadi.

Dua anak muda itu pun mulai bekerja untuk membuat konser sukses.

Hari besar tiba. Paderewski akan melaksanakan konser piano di Stanford University.

Tapi sayangnya, si kedua mahasiswa tidak berhasil menjual tiket sesuai target. Total tiket yg terjual hanya $ 1,600.

Keduanya kecewa, Mereka lalu pergi ke Paderewski dan menjelaskan keadaan mereka.

Mereka memberikan seluruh uang $1,600, ditambah dgn cek sebesar $ 400.

Kedua mahasiswa tsb berjanji untuk melunasi cek cepatnya.

"Tidak" kata Paderewski. "Aku tidak dapat menerima." Dia menyobek cek, mengembalikan uang $1,600 sambil berkata kepada kedua mahasiswa, "Ini uang $1,600 kalian ambil. Gunakanlah untuk biaya kuliah kalian."

"Aku akan mainkan konser piano tanpa perlu kalian bayar !"

Kedua mahasiswa  terkejut, dan mengucapkan terima kasih yg sebesar-besarnya.

Bagi Paderewski, yang dilakukannya adalah tindak kebaikan yang kecil.

Tapi jelas itu menunjukkan bahwa Paderewski seorang manusia yang besar.

Mengapa ia harus membantu kedua mahasiswa tsb yang bahkan dia tidak kenal sama sekali.?

Kita semua juga sering menemukan situasi seperti ini dalam hidup kita.

Dan kebanyakan dari kita hanya berpikir "Jika saya membantu mereka, apa yang akan terjadi padaku?"

Kalau seseorang itu benar2 baik dan bijak, dia akan berpikir, "Jika saya tidak membantu mereka, apa yang akan terjadi dgn mereka?".

Orang2 yg baik dan bijak tidak akan melakukannya dengan mengharapkan balasan.

Mereka melakukannya karena mereka merasa itu adalah hal yang benar yang harus dilakukan.

Sebagaimana diketahui, Paderewski kemudian menjadi Perdana Menteri Polandia.

Dia seorang pemimpin yg besar, tapi sayangnya ketika Perang Dunia I dimulai, Polandia dilanda kelaparan.

Ada lebih dari 1,5 juta orang kelaparan di negaranya, dan tidak ada uang utk memberi makan mereka.

Paderewski tidak tahu ke mana harus berpaling utk minta bantuan.

Dia mengulurkan tangan ke Administrasi Makanan dan Bantuan AS untuk minta bantuan.

Presiden AS saat itu, Herbert Hoover, setuju utk membantu dan cepat dikirim berton-ton bahan makanan untuk rakyat Polandia yg kelaparan.

Akhirnya sebuah bencana dapat dihindari.
Paderewski lega.

Dia memutuskan untuk pergi bertemu dengan Hoover secara pribadi guna berterima kasih kepadanya.

Ketika Paderewski mengucapkan terima kasih kepada Hoover atas sikap mulianya, Hoover cepat menyela dan berkata, "Anda tidak harus berterima kasih kepada saya, Pak Perdana Menteri."

"Anda mungkin sudah lupa, tetapi saya tidak akan pernah dapat melupakannya."

"Beberapa tahun yg lalu, Anda membantu biaya kuliah dua mahasiswa muda di Stanford University. Saya adalah salah satu dari mereka...."

Dunia adalah tempat yg indah.

Apa yg terjadi di sekitar kita biasanya datang dari apa yg telah kita lakukan.

*Pada saat kita ada kesempatan untuk membantu sesama, JUST DO IT !!!*

Jangan pernah menghitung-hitung dan mengharapkan balas budi.

Kita tidak perlu tahu dari mana dan dengan cara apa balasan itu akan datang kepada kita.


πŸ”ΉπŸ”ΈπŸ”Ή
** BADAI KEHIDUPAN **

Seorang anak mengemudikan mobilnya bersama ayahnya. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit mendadak menjadi gelap. Beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.

“BAGAIMANA, Ayah? Apakah kita berhenti saja?,” Si anak bertanya.
“Teruslah.. !”, kata Ayah.
Anaknya TETAP menjalankan mobil. Langit makin gelap, angin bertiup kencang. Hujanpun mulai turun.
Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan . Terlihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana ini Ayah…?”
“TERUSLAH mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Anaknya TETAP mengemudi, walau dengan bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandangan hanya berjarak beberapa meter saja.

Si anak mulai ketakutan.
NAMUN... ia tetap mengemudi, walaupun dengan sangat perlahan.
Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, dirasakannya hujan mulai mereda & angin mulai berkurang.

Setelah beberapa kilometer berikutnya, sampailah mereka pada daerah yang kering dan matahari bersinar.

“Nah sekarang berhenti dan keluarlah,” kata sang Ayah.
“KENAPA sekarang?,” tanya si Anak.
“Agar kau BISA MELIHAT, bagaimana seandainya saat kita berhenti di tengah badai.”
Sang Anak berhenti dan keluar.
Dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia MEMBAYANGKAN orang-orang yang terjebak di sana.

Dia baru mengerti bahwa JANGAN PERNAH BERHENTI di tengah badai KARENA akan terjebak dalam ketidakpastian.
Jika kita sedang menghadapi “badai” kehidupan, TERUSLAH berjalan, JANGAN berhenti dan putus asa, karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus menakutkan dan tak pasti.
LAKUKAN saja Apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU.

KITA tidak kan pernah berhenti tetapi maju terus, Karena kita yakin bahwa di depan sana Kepastian dan Kesuksesan ada untuk kita...
HIDUP TAK SELAMANYA BERJALAN MULUS!!!
BUTUH batu kerikil, supaya kita *BERHATI-HATI*..
BUTUH semak berduri, supaya kita *WASPADA*..
BUTUH Pesimpangan, supaya kita *BIJAKSANA* dalam *MEMILIH*..

BUTUH Petunjuk jalan, supaya kita punya *HARAPAN* tentang arah masa depan.
Hidup Butuh Masalah, supaya kita tahu kita punya *KEKUATAN*..
BUTUH Pengorbanan, supaya kita tahu cara *BEKERJA KERAS*..
BUTUH airmata, supaya kita tahu *MERENDAHKAN HATI*
BUTUH dicela, supaya kita tahu bagaimana cara *MENGHARGAI*..
BUTUH tertawa dan senyum, supaya kita tahu *MENGUCAPKAN SYUKUR*..
BUTUH Orang lain, supaya kita tahu kita *TAK SENDIRI*..

Jangan selesaikan *MASALAH* dengan mengeluh, berkeluh kesah, apalagi marah, Selesaikan saja dengan *sabar, bersyukur*, dan jangan lupa *TERSENYUM*.
Teruslah *MELANGKAH* walau mendapat *RINTANGAN*, Jangan takut

Saat tidak ada lagi *tembok* untuk bersandar, karena masih ada lantai untuk bersujud.
Perbuatan baik yang paling *sempurna* adalah perbuatan baik yang tidak terlihat, namun dapat dirasakan hingga jauh kedalam relung hati.
Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa.

Sekecil apapun penghasilan kita, pasti akan cukup bila digunakan untuk Kebutuhan Hidup.
Sebesar apapun penghasilan kita, pasti akan kurang bila digunakan untuk Gaya Hidup.

Tidak selamanya kata-kata yang indah itu benar, juga tidak selamanya kata-kata yang menyakitkan itu salah. Hidup ini terlalu singkat, lepaskan mereka yang menyakitimu, sayangi mereka yang peduli padamu. Dan berjuanglah untuk mereka yang berarti bagimu.

Bertemanlah dengan semua orang, tapi bergaulah dengan orang yang berintegritas dan mempunyai nilai hidup yang benar, karena pergaulan akan mempengaruhi cara kita hidup dan masa depan kita. Semoga bermanfaat.